
Kehamilan yang tidak diinginkan acapkali berkaitan
erat dengan praktek pengguguran kandungan. Sementara ini, data yang ada
masih sporadis dan menggambarkan kondisi di kota besar. Kompas
(16/2/2009) menyebutkan angka 2,3 juta kasus per tahun. Dengan
menggunakan data Riskesdas 2010, studi ini bertujuan menggambarkan
kondisi nasional tentang bagaimana kejadian keguguran, kehamilan yang
tidak direncakan dan upaya pengguguran kandungan di lndonesia. Metode.
Unit analisis dalam studi ini adalah sampel individu RISKESDAS 2010,
yakni perempuan pernah kawin, usia 10-59 tahun, yang berada di seluruh
provinsi se-Indonesia. Data yang
digunakan adalah ahsil survei dengan
menggunakan instrumen kuensioner RKD10RT dan RKD10.IND. Data tersebut
dihubungkan dengan status demografi dan status sosial. Dari hasilnya,
motif aborsi dapat diketahui. Temuan. Angka kejadian keguguran secara
naisonal adalah 4%. Dari semua kejadian keguguran, ada 6,54% di antaranya aborsi. Aborsi lebih besar dilakukan oleh ibu berusia di atas 35 tahun,
berpendidikan tamat SMA, tidak bekerja dan tinggal di perkotaan. Cara
yang dominan digunakan untuk menghentkan kehamilan adalah kuret.
Jamu, pil dan suntik merupakan tindakan alternatifnya. Terkait dengan
kejadian kehamilan yang tidak direncanakan, kasus yang ditemukan
berkisar antara 1,6% dan 5,8%. Dari semua kejadian
kehamilan tidak direncakan, 6,71% di antaranya sengaja digugurkan.
Berdasarkan karakteristik, aborsi banyak dilakukan oleh ibu berusia di
atas 35 tahun, berpendidikan SD, tidak bekerja, dari status sosial
ekonomi kuatil ke 2 dan tinggal di perkotaan. Aborsi dilakukan secara sendiri dengan jamu dan pil.sungguh sangat kasihan nasib dalam kandungan tersebut...
Komentar
Posting Komentar