Pak Rasdim, Supir Taksi itu Mantan Pengusaha (3)



“Yak, masuk parkiran aja lewat pintu yang itu Pak” kata Motty sambil menunjuk ke pintu masuk restoran fastfood @NoMention yang letaknya di perempatan lamp hijau Kemang itu (iya, bukan lampu merah, tapi lampu hijau.. ada cerita seru juga ttg ini, ingetin Motty utk berkicau ttg lampu hijau vs lampu merah ya Sobat-Motty ˆ⌣ˆ....

“Baik” jawab Pak Rasdim dengan pelan tapi pasti. Matanya masih terlihat menerawang, sepertinya ia kembali “mengalami” masa lalunya yang “seru” itu sembari ia berbagi bersama Motty seperjalanan tadi..
“Parkir dulu aja Pak, saya ingin ngobrol-ngobrol sedikit lagi sama Bapak” kata Motty.

“oh baik” katanya sambil tidak jadi berhenti di lobi dan langsung meluncurkan taksinya ke parkiran terdekat.
“Tadi Pak Rasdim berkata bahwa setiap manusia itu ada godaannya” Motty memulai lagi pembicaraan kita.
“Iya benar..” katanya sambil menarik tuas rem tangan taksinya.
“Boleh tau Pak, yang Bapak katakan sebagai godaan bagi Bapak itu apa?” detektif Motty kembali menggali informasi.
“Saat ini, saya jadi kontraktor. Alias ngontrak rumah bersama anak dan istri saya” mulainya.
“oh.. ” kata Motty, tapi sebelum Motty melanjutkan, ia kembali berkata..
“yang ketiga..”
Agak kaget, tapi Motty coba sembunyikan supaya ngga membuat Pak Rasdim menjadi tidak nyaman “oh.. Istri yang ketiga ya Pak..”
“Rumah saya yang pertama diambil istri saya yang pertama. Rumah saya yang kedua diambil istri saya yang kedua. Rumah saya yang lain sudah habis buat menutup semua hutang-hutang saya” lanjutnya, membuat Motty agak tidak tercengang.
Ada sedikit jeda .. sambil menarik napas Pak Rasdim meneruskan “Godaan saya wanita..” sambil pandangannya menerawang ke kaca depan taksinya.
Ia meneruskan “Ketika saya berkelimpahan harta, saya lupa daratan.. Mata saya gelap.. Saya jauh dari agama.. Saya terjerat pada nafsu saya.. Saya turuti semuanya..”
Motty belum bisa berkata-kata lagi, ia kembali meneruskan..
“Pacar pertama saya adalah @NoMention” ia menyebutkan satu nama artis muda yang terkenal di tahun 90-an akhir. “Pada saat itu, sepertinya mendapatkan wanita sangat mudah bagi saya. Tapi itulah, saya jadi lupa segalanya, seperti tidak pernah cukup, pacar saya banyak dan hal ini membuat saya semakin lupa kepada-NYA. Duh.. Bener-bener saya ini merasa hina. Sepertinya Tuhan langsung menegur saya dengan keras, jadilah seperti sekarang ini keadaan saya” Pak Rasdim meneruskan.
Motty masih kekurangan kata-kata. Sepertinya beberapa pilihan kata belum ada yang pas untuk diucapkan saat ini.
“Kacau bener deh” lanjutnya. “Dari saya yang bergelimang harta dan wanita, sampai saya yang masuk penjara dan kehilangan semuanya. Kadang kalau dipikir-pikir, ngga mungkin bisa terjadi, saat di “atas” itu, semua nampak ada di genggaman saya. Tapi sekarang? Teman-teman saya bahkan tidak mau mengangkat telponnya ketika saya menghubungi mereka. Sepertinya Tuhan ingin mengajarkan saya sebuah nilai” demikian Pak Rasdim kembali menjabarkan.
Dari nada suara dan pandangan matanya, terlihat bahwa Pak Rasdim masih belum menemukan “nilai pembelajaran” yang ia katakan tadi. Sepertinya ia masih belum bisa menerima keadaan yang menimpanya ini. Sepertinya masih banyak kata-kata yang “menyalahkan” keadaan di luar dirinya sendiri.

Komentar

Postingan Populer